Dipercaya oleh
120,000+ Orang
Pusat Kesehatan Terbaik
KARS Certification
Nomor 1
RSIA Surabaya

Tics yang Tak Terkendali: Sindrom Tourette yang Membuat Penderita Kehilangan Kontrol

Pernahkah kalian melihat anak sering mengedipkan mata, menggerakkan kepala, atau mengeluarkan suara berulang tanpa sadar? Bisa jadi itu bukan sekadar kebiasaan, melainkan tanda dari Sindrom Tourette. Banyak orang tua percaya bahwa ketika anak sering berkedip, menggerakkan bahu, atau mengeluarkan suara tanpa alasan yang jelas, itu hanyalah kebiasaan atau gangguan perilaku. Padahal, anak-anak mungkin menderita kondisi neurologis yang dikenal sebagai Sindrom Tourette. Karena gangguan ini belum banyak dikenal, gejalanya sering disalahartikan. Padahal, pemahaman yang tepat sangat penting untuk memastikan anak tidak tertekan dan mendapatkan perawatan yang tepat. Dalam artikel ini, akan membahas apa itu Sindrom Tourette, gejalanya, dan pengobatannya. Mari baca artikel sampai akhir.

Source: linisehat.com

Apa sih Sindrom Tourette?

Sindrom Tourette adalah gangguan neurologis yang ditandai dengan tics, yaitu gerakan motorik atau suara vokal berulang yang tidak dapat dikendalikan oleh penderitanya. Kondisi ini biasanya muncul pada anak-anak usia 2–15 tahun yang dimana anak laki-laki lebih sering mengalaminya. Sindrom Tourette biasanya menjadi lebih parah dengan bertambahnya usia. Pria memiliki risiko sindrom Tourette tiga hingga empat kali lipat dibandingkan wanita. Sampai saat ini, belum ada pengobatan khusus untuk sindrom ini agar dapat sembuh total.

Gejala Utama yang Dialami

Tics, gerakan atau suara yang terjadi secara tiba-tiba dan tidak disengaja, adalah gejala utama Sindrom Tourette. Dua jenis tics adalah motorik, yang mencakup gerakan seperti mengedipkan mata, menganggukkan kepala, atau mengangkat bahu; dan vokalik, yang mencakup suara seperti batuk, berdehem, atau mengucapkan kata-kata tertentu berulang kali. Tics bisa sederhana, dengan satu gerakan otot, atau kompleks, seperti menyentuh, melompat, atau bahkan mengucapkan kata-kata kasar. 

Penyebab Sindrom Tourette

Sampai saat ini, penyebab yang jelas dari Sindrom Tourette masih belum diketahui. Namun, para ahli menduga bahwa beberapa faktor utama memengaruhi kondisi ini; ialah termasuk gangguan pada sistem saraf otak, gangguan genetik, dan lingkungan

  • Faktor genetik dianggap sangat penting karena sindrom ini sering kali diturunkan dari keluarga. Selain itu, ada kemungkinan lebih besar bahwa seorang anak akan mengalami sindrom ini. 
  • Faktor lingkungan yang terjadi selama kehamilan, seperti stres berlebihan, komplikasi saat persalinan, berat badan lahir rendah, atau infeksi bakteri seperti Streptococcus.
  • Sebaliknya, diduga bahwa gejala Tourette terkait dengan gangguan pada fungsi otak, termasuk ketidakseimbangan zat kimia seperti dopamin dan serotonin, turut diduga berkontribusi dalam munculnya gejala Tourette.

Komplikasi pada Sindrom Tourette

Tidak jarang penderita Sindrom Tourette juga mengalami masalah kesehatan fisik dan mental lainnya. 

  • Gangguan belajar, autisme, dan ADHD adalah beberapa komplikasi yang umum ditemukan. 
  • Selain itu, anak dengan Tourette juga mungkin mengalami gangguan tidur, kecemasan, depresi, hingga gangguan pengendalian emosi. 
  • Tics yang berulang juga dapat menyebabkan nyeri fisik seperti sakit kepala.
  • Bahkan, gangguan obsesif kompulsif (OCD) adalah kondisi yang cukup sering ditemukan sebagai penyerta yang memengaruhi perilaku anak-anak sehari-hari.

Diagnosis pada Sindrom Tourette

Dokter biasanya menanyakan gejala dan riwayat medis pasien untuk mendiagnosis Sindrom Tourette. Beberapa kriteria penting untuk diagnosis ini adalah sebagai berikut: 

  • Tics muncul sebelum usia 18 tahun, 
  • Tidak disebabkan oleh obat-obatan atau kondisi medis lain, dan
  • Terjadi hampir setiap hari atau secara bertahap selama lebih dari satu tahun. 
  • Pasien juga harus mengalami tics motorik dan vokal, tetapi tidak harus muncul pada satu waktu.
  • Dokter mungkin melakukan pemeriksaan tambahan seperti tes darah, EEG, atau MRI untuk memastikan bahwa gejala tics tidak berasal dari gangguan lain.

Pengobatan pada Sindrom Tourette

Sejauh ini, belum ada obat yang benar-benar dapat menyembuhkan Sindrom Tourette. Karena tics tidak terlalu mengganggu aktivitas sehari-hari, pasien dengan gejala ringan biasanya tidak memerlukan pengobatan. Namun, tujuan utama pengobatan bagi penderita tics yang cukup parah adalah mengendalikan gejala agar mereka dapat menjalani kehidupan normal. Beberapa bentuk pengobatan utama biasanya digunakan untuk menangani sindrom ini: 

  1. Obat-obatan dan terapi perilaku atau psikologis. Dokter mungkin meresepkan berbagai jenis obat tergantung pada kondisi pasien. 
  2. Injeksi botox dapat diberikan untuk mengurangi tics tertentu, terutama tics vokal.
  3. Beberapa pasien menunjukkan respons positif terhadap obat antikejang, seperti topiramate, yang kadang digunakan. 
  4. Antidepresan bisa menjadi bagian dari terapi jika pasien juga mengalami kecemasan, depresi, atau OCD.
  5. Dokter dapat memberikan obat stimulan seperti methylphenidate atau dextroamphetamine kepada pasien yang juga memiliki ADHD. Namun, obat-obatan ini dapat memperburuk tics pada sebagian anak.

Dokter juga mungkin menggunakan obat penghambat dopamin yang cukup efektif untuk mengontrol tics, seperti haloperidol, risperidone, atau pimozide, yang tetap diperhatikan risiko efek sampingnya seperti gerakan tak terkendali atau kenaikan berat badan. Obat lain untuk tekanan darah tinggi, seperti clonidine dan guanfacine, juga terbukti membantu meredakan gejala Tourette, namun dapat menyebabkan kantuk.

Di luar pengobatan, beberapa pasien memerlukan terapi psikologis untuk mengatasi gangguan mental yang menyertainya, seperti kecemasan, depresi, atau OCD. Psikoterapi dapat membantu anak belajar mengelola stres dan emosi, sementara CBT mengurangi frekuensi dan intensitas tics. Dokter mungkin mempertimbangkan prosedur Deep Brain Stimulation (DBS), sebuah metode medis yang melibatkan pemasangan elektroda di otak untuk menstimulasi area tertentu dari otak untuk menurunkan gejala, dalam kasus di mana gejala tidak membaik dengan pengobatan lain.

Referensi: idnmedis.com, alodokter.com, schoolofparenting.id, halodoc.com, honestdocs.id

Leave a Reply