Orang tua sering khawatir ketika anak mereka mengalami gejala seperti batuk, sesak napas, dan napas berbunyi (mengi). Asma dan bronkiolitis sendiri adalah dua penyakit yang biasanya memiliki gejala yang hampir mirip namun berbeda. Kedua penyakit ini memiliki penyebab, pengobatan, dan risiko jangka panjang yang sangat berbeda, meskipun terlihat serupa. Oleh itu memahami perbedaan penting untuk melakukan diagnosis cepat dan pengobatan yang tepat. Untuk membantu orang tua menjadi lebih waspada dan tanggap terhadap gejala anak, artikel ini akan membahas secara ringkas perbedaan mendasar antara asma dan bronkiolitis. Yuk, kenali perbedaan antara asma dan bronkiolitis pada anak agar tidak salah mengira gejalanya melalui baca artikel ini sampai akhir!

Asma
Asma adalah penyakit yang menyebabkan peradangan dan penyempitan di saluran napas. Beberapa penyebab asma pada anak-anak termasuk asma yang dibawa dari orang tua atau riwayat penyakit tersebut dalam keluarga mereka; infeksi saluran pernapasan; dan polusi udara, seperti asap rokok.
Bronkiolitie
Salah satu penyebab umum sesak napas pada bayi dan anak usia dua tahun ke bawah adalah bronkiolitis, infeksi saluran napas yang menyebabkan bronkiolus membengkak dan peradangan, menyebabkan lendir berlebih di saluran pernapasan.
Sama Tapi Tak Serupa
Penyebab Penyakit
Asma
Penyakit jangka panjang yang ditandai oleh peradangan dan penyempitan saluran napas karena reaksi alergi atau faktor genetik Alergen (seperti debu, serbuk sari, bulu hewan), infeksi saluran napas, atau asap rokok, dan faktor keturunan biasanya adalah penyebab asma.
Bronkiolitis
Infeksi virus akut yang menyebabkan peradangan pada bronkiolus, atau saluran napas kecil. RSV (Respiratory Syncytial Virus) dan virus lain seperti parainfluenza dan adenovirus adalah penyebabnya. Biasanya terjadi pada bayi yang belum berusia dua tahun, terutama sekitar enam bulan.
Faktor Risiko
Asma
Anak-anak yang menderita asma biasanya memiliki alergi dalam keluarga mereka. Kondisi seperti rhinitis alergi, yang dikenal sebagai pilek alergi, eksim, yang dikenal sebagai alergi kulit, atau asma pada orang tua atau saudara kandung sering kali menjadi indikasi bahwa anak juga berisiko mengalami asma.
Bronkiolitis
Bronkiolitis tidak berkaitan dengan alergi atau gen. Sebaliknya, penyakit ini lebih sering terjadi karena paparan virus, terutama jika anak tinggal bersama anggota keluarga yang sakit flu atau batuk. Ibu perokok, baik selama kehamilan maupun setelah lahir, juga lebih rentan terkena bronkiolitis karena paparan asap rokok dapat mengganggu sistem pernapasan bayi yang rentan.
Gejala yang Membedakan
Asma
Anak-anak yang memiliki asma biasanya tidak mengalami demam atau gejalanya ringan. Hanya sesak napas disertai napas berbunyi (mengi) dan batuk kering, terutama pada malam hari atau saat bangun pagi, adalah gejala utama. Alergi debu ataupun lain sering ditemukan pada anak dan anggota keluarganya. Asma adalah penyakit yang berlangsung lama berulang, dan gejalanya dapat muncul kembali kapan saja jika dipicu oleh alergen, udara dingin, atau aktivitas fisik yang berat.
Bronkiolitis
Mereka yang menderita bronkiolitis biasanya mengalami demam ringan hingga sedang, disertai batuk berdahak, pilek, dan gejala infeksi saluran napas. Saat bernapas (retraksi), mungkin akan mengalami sesak napas yang cukup berat, napas cepat, dan tarikan otot dada. Bronkiolitis adalah kondisi akut yang biasanya membaik dalam waktu 1-2 minggu.
Pencegahan Terhadap Penyakit
Asma
Penderita asma dapat menghindari penyebab penyakitnya. Asap rokok, bulu hewan peliharaan, dan alergi musiman adalah beberapa pemicu asma yang harus dihindari. Asma dapat dicegah dengan menghindari pemicu pencetus penyakitnya, menjaga lingkungan bersih, mendapatkan pengobatan rutin, mengikuti pola hidup sehat, mengelola berat badan dan stres, dan mengamati gejala. Langkah-langkah ini sangat penting untuk meningkatkan kualitas hidup penderita asma dan mengurangi frekuensi serangan.
Bronkiolitis
Bronkiolitis adalah penyakit yang mudah menular, terutama pada bayi dan balita. Orang tua harus memastikan bahwa anak mereka tidak dekat dengan orang yang sakit, terutama mereka yang masih sangat kecil atau lahir prematur, untuk mengurangi kemungkinan penularan penyakit. Baik orang dewasa maupun anak harus mencuci tangan secara teratur. Hindari berbagi makanan atau minuman dengan orang lain dan selalu bersihkan mainan, kursi, dan benda lain yang sering disentuh. Saat anak sakit, mereka harus tetap di rumah hingga mereka benar-benar baik-baik saja. Selain itu, jangan merokok karena dapat memperburuk kondisi saluran pernapasan anak, dan berikan vaksin flu sesuai anjuran dokter.
Pengobatan Penyakit
Asma
Asma pada anak biasanya diobati dengan kombinasi obat-obatan, termasuk obat pereda seperti bronkodilator untuk meredakan gejala saat kambuh dan obat pengontrol seperti kortikosteroid inhalasi atau leukotriene modifier untuk mencegah kekambuhan jangka panjang. Jika dibutuhkan, terapi oksigen juga dapat diberikan. Selain itu, penting untuk mengajarkan orang tua dan anak cara menggunakan inhaler atau nebulizer dengan benar.
Bronkiolitis
Pengobatan bronkiolitis pada anak terutama terdiri dari perawatan suportif di rumah yang mencakup pengelolaan gejala, hidrasi, dan istirahat. Untuk kasus sedang hingga berat, diperlukan perawatan medis rumah sakit dan suplai oksigen. Obat-obatan seperti bronkodilator, kortikosteroid, antibiotik, dan antivirus hanya boleh digunakan dalam situasi tertentu. Menjaga kebersihan dan vaksinasi sangat penting untuk mencegah hal ini terjadi. Oksigenasi, hidrasi, dan pengawasan adalah terapi pendukung utama. Obat bronkodilator dan kortikosteroid umumnya tidak rutin digunakan karena efektivitasnya terbatas
Referensi: isainsmedis.id, klikdokter.com, alodokter.com, telemed.ihc.id