Dipercaya oleh
120,000+ Orang
Pusat Kesehatan Terbaik
KARS Certification
Nomor 1
RSIA Surabaya

Preeklampsia: Penyebab Kematian Ibu Tertinggi di Indonesia yang Perlu di Waspadai

Kehamilan merupakan masa yang penuh harapan, namun juga membawa berbagai risiko kesehatan bagi ibu dan janin. Salah satu komplikasi serius yang dapat terjadi selama kehamilan adalah preeklampsia. Komplikasi kehamilan yang ditandai dengan tekanan darah tinggi dan kerusakan organ ini penyebab Ibu di Indonesia meninggal karena hal berulang kali yang sama ini. Menurut data profil kesehatan tahun 2022 sendiri angka kematian Ibu mencapai 189 per 100 ribu kelahiran hidup yang dimana jauh dari target SDGS (dibawah 70) dan dari kematian itulah Preeklampsia menjadi penyebab terbanyak. Preeklampsia sendiri bukan termasuk penyakit langka, dimana penyakit ini bisa di deteksi lebih awal dengan pemeriksaan rutin kehamilan. Baca artikel berikut ini untuk mengenal lebih jauh tentang preeklampsia. 

Source: biofar.id

Preeklampsia 

Preeklampsia adalah kondisi yang memengaruhi ibu hamil hingga janin. Ditandai dengan peningkatan tekanan darah (hipertensi) dan kelebihan protein dalam urine (proteinuria) biasa terjadi setelah usia kehamilan lebih dari 20 minggu  dan sering kali mendekati masa kehamilan. Penyakit ini merupakan spektrum penyakit hipertensi pada kehamilan yang dimulai dengan hipertensi gestasional dan berkembang menjadi manifestasi yang lebih berat, seperti eklamsia dan sindrom HELLP. Penyakit ini menyumbang 2–8% dari komplikasi kehamilan, lebih dari 50.000 kematian ibu, dan lebih dari 500.000 kematian janin di seluruh dunia.

Parameter Identifikasi Gejala

Parameter awal untuk mengidentifikasi hipertensi preeklampsia akibat kehamilan adalah:

  • Tekanan darah sistolik (SBP) 140 mmHg atau tekanan darah diastolik (DBP) 90 mmHg atau lebih pada dua kali pemeriksaan dengan jarak minimal 4 jam; atau interval waktu yang lebih pendek untuk hipertensi “rentang berat” dengan SBP 160 mmHg atau DBP 110 mmHg atau lebih.
  • Protein dalam urine (proteinuria), dimana pemeriksaan urin sebagai tanda menunjukkan adanya kadar protein yang tidak normal, yang menandakan adanya gangguan fungsi ginjal.
  • Pembengkakan (edema), pembengkakan yang tidak biasa, terutama di wajah, tangan, dan kaki. Meskipun pembengkakan ini normal selama kehamilan, preeklampsia cenderung terjadi secara tiba-tiba dan cukup parah.
  • Sakit kepala berat yang suah hilang, dan Gangguan penglihatan seperti pandangan kabur, sensitif terhadap cahaya, dan melihat bintik-bintik
  • Nyeri di bagian atas perut, terutama di sisi kanan atas, di bawah tulang rusuk, yang dimana bisa menandakan gangguan pada hati.
  • Turunnya buang air kecil, dimana tersebut tanda bahwa ginjal tidak berfungsi dengan baik
  • Sesak napas dan Nyeri dada, mual muntah, bisa muncul akibat penumpukan cairan di paru-paru (edema paru), yang merupakan komplikasi serius. 

Gejala-gejalanya bisa berbeda pada tiap ibu hamil. Oleh itu pemeriksaan secara dini lebih dianjurkan untuk mencegah hal tersebut terjadi. Periksakan ke Rumah Sakit Purarahrja dengan layanan pemeriksaan kehamilan yang lengkap dan tenaga medis yang berpengalaman.

Penyebab dan Faktor Preeklampsia

Sampai saat ini, penyebab pasti preeklampsia belum diketahui. Namun, para ahli percaya bahwa preeklampsia disebabkan oleh reaksi tubuh ibu yang tidak normal terhadap perubahan hormon dan sistem kekebalan yang terjadi selama masa kehamilan. Kondisi ini terkait dengan masalah pada perkembangan dan fungsi plasenta, organ penting yang menghubungkan ibu dan janin. Adapun Faktor-faktor yang meningkatkan kemungkinan ibu mengalami preeklampsia:

  1. Kehamilan di bawah usia 20 tahun atau di atas 40 tahun memiliki risiko yang lebih tinggi.
  1. Riwayat preeklampsia sebelumnya: Kemungkinan lebih besar bahwa ibu akan mengalami preeklampsia lagi di masa lalu.
  1. Mengandung anak kembar, cenderung meningkatkan stres bagi tubuh ibu dan meningkatkan risiko komplikasi.
  1. Kelebihan berat badan atau obesitas. Kondisi ini dapat menyebabkan gangguan metabolisme yang memengaruhi tekanan darah dan kesehatan pembuluh darah.
  1. Ibu hamil yang punya penyakit hipertensi, diabetes, atau gangguan ginjal sebelumnya memiliki risiko yang lebih besar untuk mengalami preeklampsia.
  1. Faktor keturunan: Jika ada anggota keluarga dekat yang pernah mengalami preeklampsia, seperti ibu atau saudara perempuan, maka risikonya juga meningkat.

Ibu hamil masih dapat melakukan pencegahan dan pemantauan kesehatan secara teratur meskipun beberapa faktor risiko tersebut tidak dapat dihindari. Sangat disarankan untuk melakukan pemeriksaan kehamilan secara teratur ke Spesialis Kandungan di Rumah Sakit Pura Raharja untuk mendeteksi kemungkinan preeklampsia secepat mungkin.

Komplikasi

Hipertensi berat meningkatkan risiko persalinan janin pada pasien preeklamsia pada periode prematur akhir. Memiliki komplikasi berat seperti eklamsia  bentuk lanjutan dari preeklampsia yang disertai kejang, merupakan kondisi gawat darurat, sindrom HELLP yang bisa merusak organ hati dan ginjal. Edema paru, infark miokard, sindrom gangguan pernapasan akut, stroke, cedera ginjal dan retina, serta komplikasi janin seperti keterbatasan pertumbuhan janin, solusio plasenta, atau kematian janin atau ibu. 

Bagaimana Cara Menanganinya?

Penanganan preeklampsia berfokus pada memastikan bahwa ibu dan janin tetap sehat dan menghindari komplikasi. Dokter akan terus memantau tekanan darah janin dan keadaan lainnya. Akan diberikan obat antihipertensi yang aman untuk mengobati tekanan darah tinggi. Selain itu, fungsi organ dan tingkat protein dalam urin diperiksa secara rutin. Seringkali, persalinan lebih awal mungkin diperlukan. Sejak awal kehamilan, faktor risiko diidentifikasi dan dikendalikan untuk mencegah komplikasi.

Refrensi: ncbi.nlm.nih.gov, kemkes.go.id, alomedika.com, jurnal.stikesalmaarif.ac.id, ejournal.unsart.ac.id 

Related Posts

Leave a Reply