Penyakit autoimun semakin meningkat secara global, termasuk di Indonesia. Data terbaru menunjukkan bahwa 1% orang di seluruh dunia menderita penyakit autoimun pada tahun 2023, dan angka ini diperkirakan akan terus meningkat setiap tahun. Di Indonesia sendiri, kasus seperti lupus, psoriasis, dan RA semakin sering didiagnoskan, terutama pada wanita berusia 20-40 tahun. Yang mengejutkan, banyak penyebabnya berasal dari hal-hal yang kita temui setiap hari seperti pola makan yang tidak sehat, stres berkepanjangan, infeksi, paparan bahan kimia, bahkan kebiasaan tidur yang buruk. Sayangnya, banyak orang masih belum menyadari kemungkinan bahaya ini dan menyepelekannya. Oleh itu jangan sampai terlambat! Baca artikel ini sampai selesai untuk mengetahui penyebab penyakit autoimun dan apa yang harus dihindari.

Mengenal Apa Itu Autoimun
Penyakit autoimun terjadi ketika sistem kekebalan tubuh menyerang sel-sel tubuh yang sehat daripada virus, bakteri, dan zat kimia lainnya. Sistem kekebalan tubuh normal dapat membedakan antara sel tubuh sendiri dan zat asing, tetapi pada orang yang menderita autoimun, kemampuan ini terganggu. Akibatnya, antibodi yang dihasilkan tubuh malah menyerang jaringan sehat dengan cara yang menganggapnya sebagai bahaya. Reaksi ini dapat menyebabkan peradangan dan kerusakan organ. Beberapa jenis penyakit autoimun hanya mempengaruhi satu area tubuh, seperti kulit atau kelenjar tiroid, sementara jenis lain, seperti lupus, dapat mempengaruhi banyak organ sekaligus, seperti persendian, ginjal, dan sistem saraf.
Penyebab dan Faktor Risikonya
Penyebab pasti penyakit autoimun masih belum diketahui secara pasti, namun para ahli meyakini bahwa kombinasi antara faktor genetik dan lingkungan memegang peran penting dalam meningkatkan risikonya
- Faktor Genetik
Faktor genetik diduga menjadi salah satu penyebab utama penyakit autoimun. Risiko meningkat jika ada riwayat keluarga dengan kondisi serupa, seperti lupus, rheumatoid arthritis, atau multiple sclerosis. Ini menunjukkan bahwa gen tertentu dapat membuat sistem imun lebih rentan menyerang sel tubuh sendiri.
- Faktor Lingkungan
Selain faktor genetik, lingkungan juga berperan besar dalam memicu penyakit autoimun. Paparan sinar matahari berlebihan, infeksi, asap rokok, bahan kimia berbahaya, serta gaya hidup tidak sehat seperti merokok dan obesitas dapat memicu respons imun abnormal. Penyakit ini juga lebih sering terjadi pada wanita, diduga karena pengaruh hormon.
Bagaimana Terjadinya Autoimun?
Sistem kekebalan tubuh berfungsi untuk melindungi kita dari bahaya seperti virus, bakteri, dan zat asing lainnya. Ia melakukannya dengan membedakan sel-sel tubuh sendiri dari zat asing yang berbahaya. Namun, pada orang yang menderita penyakit autoimun, sistem mereka rusak sehingga mereka tidak lagi dapat membedakan keduanya. Tubuh kemudian memproduksi antibodi yang menyerang jaringan dan organ yang sehat, menyebabkan peradangan yang tidak berhenti yang dapat merusak area tubuh yang seharusnya tidak terpengaruh.
Laporan tahun 2023 dari National Institute of Allergy and Infectious Diseases (NIAID) yang didukung oleh data dari World Health Organization (WHO), menunjukkan bahwa ketidakseimbangan sistem imun yang disebabkan oleh genetika dan faktor lingkungan adalah penyebab utama gangguan autoimun. Tergantung pada jenis penyakitnya dan seberapa besar reaksi tubuh terhadap pemicu yang ada, kondisi ini dapat muncul secara bertahap maupun tiba-tiba. Beberapa jenis penyakit autoimun bahkan bersifat sistemik, atau menyerang banyak organ tubuh sekaligus. Selain itu, penyakit ini lebih sering terjadi pada wanita, yang diduga berkaitan dengan pengaruh hormon dalam sistem kekebalan tubuh.
Sangat penting untuk memahami proses terjadinya penyakit ini sehingga kita dapat lebih waspada terhadap gejalanya dan segera melakukan pemeriksaan dan mendapatkan perawatan medis yang tepat.
Gejala yang Dialami
Gejala penyakit autoimun bisa sangat beragam, tergantung pada bagian tubuh atau organ yang diserang oleh sistem imun. Meski demikian, ada sejumlah tanda umum yang sering dirasakan penderitanya, seperti:
- rasa lelah berlebihan tanpa sebab jelas,
- nyeri atau bengkak pada sendi dan otot,
- serta demam yang datang dan pergi.
Keluhan lain yang juga sering muncul meliputi ruam atau bercak merah pada kulit, rambut rontok, gangguan pencernaan seperti sakit perut atau diare, pembengkakan kelenjar getah bening, serta kesemutan di tangan atau kaki.
Setiap jenis penyakit autoimun biasanya memiliki gejala khasnya masing-masing. Misalnya, penderita lupus sering mengalami ruam berbentuk kupu-kupu di wajah, sementara penderita diabetes tipe 1 biasanya mengalami rasa haus yang berlebihan dan penurunan berat badan secara drastis. Karena itu, penting untuk memperhatikan gejala-gejala tersebut dan segera memeriksakan diri ke dokter jika mengalaminya.
Jenis Penyakit Autoimun
Penyakit autoimun dapat menyerang berbagai sistem dan organ tubuh, sehingga memicu beragam kondisi kesehatan tergantung area yang terdampak. Salah satu bentuknya adalah:
- Saraf: Multiple sclerosis (MS), saat sistem imun menyerang pelindung saraf, mengganggu komunikasi otak dan tubuh.
- Pencernaan: Penyakit Crohn dan kolitis ulseratif, ditandai peradangan kronis yang mengganggu fungsi usus dan penyerapan nutrisi.
- Endokrin: Penyakit Hashimoto, di mana sistem imun menyerang tiroid, menurunkan produksi hormon untuk metabolisme.
- Kulit: Lupus dan psoriasis, menyebabkan peradangan, ruam, dan rasa tidak nyaman pada kulit.
- Pernapasan: Penyakit paru interstisial autoimun, saat jaringan paru diserang, memicu peradangan dan gangguan pernapasan.
Apa yang Harus Dihindari?
Menghindari kontak dengan bahan kimia berbahaya seperti pestisida, logam berat, pelarut industri, asap rokok, dan bahan pembersih keras sangat penting untuk mengurangi risiko penyakit autoimun.
Untuk menjaga pola makan yang sehat, kurangi konsumsi makanan olahan, gula berlebih, dan lemak trans, dan perbanyak makanan yang kaya nutrisi dan sayur-buahan. Hindari juga kebiasaan merokok dan alkohol, karena keduanya dapat menyebabkan peradangan dan melemahkan sistem kekebalan.
Selain itu, lakukan olahraga, meditasi, atau aktivitas relaksasi untuk mengurangi stres dan menjaga keseimbangan fisik. Aktivitas fisik teratur membantu sistem kekebalan tubuh dan mengurangi risiko peradangan. Jika berada di tempat yang tercemar, lindungi diri sendiri dengan menggunakan masker atau pelindung apapun itu. Selain itu, pastikan mengonsumsi makanan sehat atau suplemen yang mengandung zat besi (vitamin D) dan nutrisi penting lainnya sesuai anjuran dokter.
Refrensi: gooddoctor.co.id, rspp.co.id, prudential.co.id, allianz.co.id