Meskipun Indonesia telah dinyatakan bebas dari polio sejak 2014, munculnya kasus baru di beberapa daerah dalam beberapa tahun terakhir menunjukkan bahwa penyakit ini belum sepenuhnya usai. Tercatat dua belas kasus polio di delapan provinsi, termasuk Aceh, Jawa Barat, dan Papua, dari 2022 hingga 2024. Sebagian besar kasus tersebut disebabkan oleh virus polio tipe 2 dari sirkulasi vaksin (cVDPV2), yang berkembang di tengah tingkat imunisasi yang rendah (Kemenkes RI, 2024). Pemerintah juga melakukan Pekan Imunisasi Nasional (PIN) kembali untuk menghentikan penyebaran polio. Namun, hoaks dan kurangnya kesadaran masyarakat tentang pentingnya vaksinasi terus menghambat upaya ini. Untuk itu, penting bagi kita untuk memahami kembali betapa pentingnya vaksinasi untuk melindungi kita dari ancaman polio. Oleh itu untuk mengetahui lebih lanjut tentang hal ini simak artikel ini sampai akhir.

Ketahui Apa Itu Polio
Poliomielitis, yang juga dikenal sebagai polio, adalah penyakit virus yang sangat menular yang sebagian besar menyerang anak-anak di bawah usia lima tahun. Virus ini ditularkan dari orang ke orang terutama melalui jalur fekal-oral atau yang lebih jarang, melalui media umum (seperti air atau makanan yang terkontaminasi). Di usus, virus dapat berkembang biak dan menyerang sistem saraf, menyebabkan kelumpuhan.
Penyebab Polio dan Virusnya
Polio merupakan penyakit yang disebabkan oleh virus polio, yang masuk ke tubuh melalui mulut atau hidung dan kemudian menyebar melalui aliran darah. Penularannya umumnya terjadi:
- Akibat kontak dengan tinja penderita atau
- Mengonsumsi makanan dan minuman yang telah terkontaminasi
- Penularan melalui percikan air liur saat batuk atau bersin juga mungkin terjadi, meski jarang.
- Risiko infeksi lebih tinggi pada individu yang belum menerima vaksin, terutama jika tinggal di lingkungan dengan sanitasi buruk
- Sedang hamil, memiliki sistem imun lemah
- Merawat pasien polio, bekerja sebagai tenaga medis, atau bepergian ke daerah yang pernah terjangkit polio.
Virus ini tergolong Human Enterovirus yang berkembang di usus dan dikeluarkan melalui feses. Terdapat tiga jenis strain virus polio, yaitu strain-1 (Brunhilde), strain-2 (Lansing), dan strain-3 (Leon). Virus yang ditemukan bisa berasal dari vaksin (Sabin), virus liar (WPV), atau virus hasil mutasi dari vaksin (VDPV) yang berpotensi menyebabkan kelumpuhan.
Penyebaran Polio di Indonesia
Sebanyak 32 provinsi dan 399 kabupaten/kota di Indonesia kini dikategorikan berisiko tinggi terhadap polio. Sejak tahun 2022 hingga 2024, tercatat 12 kasus kelumpuhan akibat polio, yang tersebar di delapan provinsi, termasuk Aceh, Jawa Barat, Jawa Timur, hingga wilayah Papua. Dari jumlah tersebut, 11 kasus disebabkan oleh virus polio tipe 2 dan satu kasus oleh tipe 1.
Tahun 2024 sendiri telah mencatat tiga kasus baru. Satu di Kabupaten Nduga pada anak laki-laki usia 6 tahun, satu di Kabupaten Sidoarjo pada anak perempuan usia 11 tahun, dan satu lagi di Kabupaten Asmat, Papua Selatan, pada anak perempuan usia 11 tahun. semuanya terkonfirmasi positif polio tipe 2. Indonesia menetapkan status Kejadian Luar Biasa (KLB) polio sejak kasus pertama di Aceh pada 2022, delapan tahun setelah WHO menyatakan Indonesia bebas polio.
Polio Non Paralisis
Polio nonparalisis adalah jenis polio yang gejalanya tergolong ringan dan umumnya muncul sekitar 6 hingga 20 hari setelah seseorang terpapar virus. Kondisi ini biasanya berlangsung antara 1 hingga 10 hari dan dapat sembuh tanpa pengobatan khusus. Beberapa keluhan yang bisa dirasakan penderita meliputi:
- demam,
- sakit kepala,
- radang tenggorokan,
- muntah,
- kelemahan otot, leher dan punggung yang terasa kaku,
- serta nyeri atau mati rasa di lengan maupun tungkai.
Polio Paralisis
Polio paralisis adalah bentuk yang paling serius karena dapat menyebabkan kelumpuhan permanen pada saraf tulang belakang dan otak. Gejala awal polio paralisis seringkali serupa dengan gejala polio nonparalisis, seperti demam dan nyeri otot. Namun, dalam waktu sekitar satu minggu, kondisi ini dapat menjadi lebih parah dengan hilangnya refleks tubuh, otot-otot yang menegang dan terasa nyeri, serta kelemahan pada lengan atau tungkai yang dapat menyebabkan kelumpuh.
Komplikasi yang Terjadi
Polio paralisis dapat menyebabkan banyak masalah serius, seperti cacat fisik, kelainan bentuk pada tungkai dan pinggul, kelumpuhan, baik sementara maupun permanen, dan masalah pernapasan karena kelemahan otot saluran napas. Dalam kasus berat dapat menyebabkan gagal napas bahkan kematian.
Selain itu, mereka yang pernah menderita polio juga berisiko mengalami sindrom pascapolio. Yaitu kondisi di mana gejala muncul kembali setelah beberapa tahun, biasanya sekitar tiga puluh tahun setelah infeksi pertama. Gejala sindrom ini termasuk depresi, kesulitan bernapas dan menelan, masalah tidur dan memori, dan secara bertahap melemahnya otot dan sendi.
Pencegahan
Salah satu cara paling efektif untuk mencegah polio adalah melalui vaksinasi. Vaksinasi polio terbukti aman, bahkan bagi mereka yang memiliki daya tahan tubuh lemah, dan mampu membentuk kekebalan terhadap virus. Terdapat dua jenis vaksin polio, yaitu vaksin suntik (IPV) dan vaksin tetes mulut (OPV). OPV pertama kali diberikan segera setelah bayi lahir. Lalu dilanjutkan dengan empat dosis lainnya: pada usia 2 bulan, 3 bulan, 4 bulan, dan dosis booster pada usia 18 bulan. Untuk memperluas cakupan perlindungan, pemerintah mengadakan Pekan Imunisasi Nasional (PIN) Polio, di mana semua anak usia 0-59 bulan mendapat vaksin polio tambahan tanpa memandang status imunisasi sebelumnya.
Referensi: who.int, dinkes.inhukab.go.id, halodoc.com