Dipercaya oleh
120,000+ Orang
Pusat Kesehatan Terbaik
KARS Certification
Nomor 1
RSIA Surabaya

Gejala Sifilis yang Harus Diwaspadai oleh Ibu Hamil, Dampak Terhadap Kehamilan dan Janin!

Hamil adalah bagian penting dalam kehidupan seorang wanita yang memerlukan perhatian khusus, terutama dalam hal kesehatan. Infeksi yang tidak terdeteksi sejak dini adalah salah satu masalah besar yang dapat mengganggu kehamilan. Infeksi menular seksual pada ibu hamil menunjukkan tren peningkatan yang memprihatinkan dalam beberapa tahun terakhir.

Data yang dikumpulkan oleh Kementerian Kesehatan Republik Indonesia pada tahun 2023 menunjukkan bahwa lebih dari 6.000 ibu hamil di Indonesia terinfeksi sifilis. Temuan ini menunjukkan bahwa kewaspadaan terhadap gejala awal yang seringkali tidak disadari harus ditingkatkan.

Gagal mendeteksi dan mengobati sifilis dapat berdampak serius pada ibu dan janin, termasuk risiko kelahiran prematur, cacat bawaan, atau kematian janin.

Oleh karena itu mengingat seriusnya dampak yang ditimbulkan, artikel ini akan membahas tujuh gejala sifilis yang harus diwaspadai oleh ibu hamil serta konsekuensi yang dapat terjadi apabila infeksi ini tidak segera ditangani. Simak artikel ini sampai akhir. 

Source: kehamilansehat.com

Apa itu Sifilis?

Sifilis adalah salah satu infeksi menular seksual yang disebabkan oleh bakteri Treponema pallidum. Penyakit ini bersifat kronis dan dapat menyebar ke seluruh organ tubuh jika tidak ditangani dengan baik. Penularan sifilis sangat mudah terjadi melalui hubungan seksual tanpa pengaman, baik secara vaginal, anal, maupun oral. Selain itu, sifilis juga bisa menyebar melalui kontak langsung dengan luka akibat infeksi pada kulit.

Pada ibu hamil, sifilis tidak hanya membahayakan dirinya sendiri, tetapi juga dapat menular ke janin di dalam kandungan. Penularan bisa terjadi melalui plasenta selama masa kehamilan maupun saat proses persalinan. Hal ini karena bayi harus melewati jalan lahir yang mungkin terdapat luka akibat infeksi sifilis.

Gejala Yang Terjadi

Sifilis memiliki beberapa tahapan perkembangan infeksi, yaitu stadium primer, sekunder, laten dini, laten lanjut, dan tersier. Setiap stadium menunjukkan gejala yang berbeda dan memiliki risiko penularan serta dampak yang berbeda terhadap kesehatan, baik pada penderita maupun janin jika terjadi pada ibu hamil.

  1. Pada tahap primer, biasanya muncul luka kecil yang keras dan tidak terasa sakit (disebut chancre) di area kelamin, mulut, atau anus, sekitar 10 hingga 90 hari setelah terinfeksi. Luka ini dapat sembuh dengan sendirinya dalam beberapa minggu, namun bakteri tetap ada dan dapat menular ke janin.
  2. Memasuki tahap sekunder, gejala seperti ruam merah yang menyebar ke tubuh, termasuk telapak tangan dan kaki, mulai muncul. Gejala lain yang mungkin menyertai antara lain demam, sakit kepala, rambut rontok, nyeri otot, penurunan berat badan, dan pembengkakan kelenjar getah bening. Meskipun gejala ini bisa hilang tanpa pengobatan, infeksi tetap aktif.
  3. Pada tahap laten dan tersier, gejala sering kali tidak terlihat, namun bakteri masih hidup dalam tubuh dan dapat menyebabkan kerusakan serius pada organ tubuh ibu serta menimbulkan risiko berat bagi janin jika tidak segera ditangani.

Risiko Yang Terjadi

Sifilis pada ibu hamil berisiko menular ke janin melalui plasenta dan menyebabkan sifilis kongenital. Kondisi ini dapat mengakibatkan keguguran, kelahiran prematur, bayi lahir mati, atau cacat bawaan seperti kelainan tulang, anemia, pembengkakan hati dan limpa, serta gangguan pendengaran dan penglihatan. Meski gejala tidak selalu muncul saat lahir, tanpa penanganan, infeksi bisa berkembang menjadi komplikasi serius di kemudian hari.

Bahaya Sifilis Pada Janin dan Ibu Hamil

Sifilis pada ibu hamil tidak hanya membahayakan kesehatan ibu, tetapi juga dapat menimbulkan dampak serius bagi janin. Infeksi ini dapat menyebabkan berbagai komplikasi seperti; 

  • gangguan pada otak dan tulang janin, 
  • berat badan lahir rendah, 
  • kelainan pada plasenta dan tali pusat, 
  • kelahiran prematur, keguguran, hingga bayi lahir mati. 

Oleh karena itu, penanganan sifilis selama kehamilan sangat penting. Meski bayi berhasil lahir, pemeriksaan lanjutan tetap penting karena gejala sifilis kongenital bisa muncul terlambat, bahkan setelah dua tahun.

Menurut laporan Kementerian Kesehatan RI (2022), kasus sifilis di Indonesia mencapai 20.783, naik 70% dari tahun 2018 yang mencatat 12.484 kasus. Kenaikan ini diduga akibat meningkatnya skrining. Mayoritas penderita berusia 25–49 tahun (63%), disusul usia 20–24 tahun (23%) dan 15–19 tahun (6%). Tingginya angka ini menunjukkan pentingnya kewaspadaan dan pencegahan aktif dari masyarakat.

Upaya Pencegahan

Deteksi dini penting dilakukan melalui pemeriksaan sifilis sejak trimester pertama kehamilan atau saat pemeriksaan premarital sebelum menikah. Langkah ini bertujuan untuk mencegah penularan infeksi ke janin sejak dini. 

Jika terdiagnosis, pengobatan menggunakan antibiotik seperti penisilin sangat efektif, terutama bila diberikan sebelum usia kehamilan 26 minggu, guna menekan risiko penularan serta mencegah komplikasi kehamilan. 

Selain itu, ibu hamil yang terinfeksi harus menjalani pemantauan rutin dan konsultasi medis secara berkala dengan dokter kandungan untuk memastikan kondisi ibu dan janin tetap terkontrol.

Mari tingkatkan kesadaran cegah sifilis dengan hidup sehat, hubungan seksual aman, setia pada pasangan, dan rutin periksa kesehatan, terutama sebelum dan saat hamil. Pencegahan adalah langkah paling bijak untuk melindungi masa depan ibu dan anak.

Refrensi: jurnal.stikesbup.ac.id, haibunda.com, hellosehat.com sjm-fk.ejournal.unsri.ac.id 

Leave a Reply